Walizer (1987) menyebutkan
pengertian Reliability (Reliabilitas) adalah keajegan pengukuran.
Menurut
John M. Echols dan Hasan Shadily (2003: 475) reliabilitas adalah hal yang dapat
dipercaya. Popham (1995: 21) menyatakan bahwa reliabilitas adalah "...the
degree of which test score are free from error measurement"
Menurut
Masri Singarimbun, realibilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana
suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur
dipakai dua kali – untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang
diperoleh relative konsisten, maka alat pengukur tersebut reliable. Dengan kata
lain, realibitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam pengukur
gejala yang sama.
Menurut Brennan (2001: 295)
reliabilitas merupakan karakteristik skor, bukan tentang tes ataupun bentuk
tes.
Menurut Sumadi Suryabrata
(2004: 28) reliabilitas menunjukkan sejauhmana hasil pengukuran dengan alat
tersebut dapat dipercaya. Hasil pengukuran harus reliabel dalam artian harus
memiliki tingkat konsistensi dan kemantapan.
Dalam pandangan Aiken (1987:
42) sebuah tes dikatakan reliabel jika skor yang diperoleh oleh peserta relatif
sama meskipun dilakukan pengukuran berulang-ulang.
Dengan demikian, keandalan sebuah alat ukur dapat dilihat dari dua petunjuk yaitu kesalahan baku pengukuran dan koefisien reliabilitas. Kedua statistik tersebut masing-masing memiliki kelebihan dan keterbatasan (Feldt & Brennan, 1989: 105)
Reliabilitas, atau keandalan, adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur. Hal tersebut bisa berupa pengukuran dari alat ukur yang sama (tes dengan tes ulang) akan memberikan hasil yang sama, atau untuk pengukuran yang lebih subjektif, apakah dua orang penilai memberikan skor yang mirip (reliabilitas antar penilai). Reliabilitas tidak sama dengan validitas. Artinya pengukuran yang dapat diandalkan akan mengukur secara konsisten, tapi belum tentu mengukur apa yang seharusnya diukur.
Dengan demikian, keandalan sebuah alat ukur dapat dilihat dari dua petunjuk yaitu kesalahan baku pengukuran dan koefisien reliabilitas. Kedua statistik tersebut masing-masing memiliki kelebihan dan keterbatasan (Feldt & Brennan, 1989: 105)
Reliabilitas, atau keandalan, adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur. Hal tersebut bisa berupa pengukuran dari alat ukur yang sama (tes dengan tes ulang) akan memberikan hasil yang sama, atau untuk pengukuran yang lebih subjektif, apakah dua orang penilai memberikan skor yang mirip (reliabilitas antar penilai). Reliabilitas tidak sama dengan validitas. Artinya pengukuran yang dapat diandalkan akan mengukur secara konsisten, tapi belum tentu mengukur apa yang seharusnya diukur.
Dalam penelitian, reliabilitas
adalah sejauh mana pengukuran dari suatu tes tetap konsisten setelah dilakukan
berulang-ulang terhadap subjek dan dalam kondisi yang sama. Penelitian dianggap
dapat diandalkan bila memberikan hasil yang konsisten untuk pengukuran yang
sama. Tidak bisa diandalkan bila pengukuran yang berulang itu memberikan hasil
yang berbeda-beda.
Pengukuran reliabilitas dapat
dilakukan dengan menggunakan berbagai alat statistik (Feldt & Brennan,
1989: 105)
Berdasarkan sejarah,
reliabilitas sebuah instrumen dapat dihitung melalui dua cara yaitu kesalahan
baku pengukuran dan koefisien reliabilitas (Feldt & Brennan: 105). Kedua
statistik di atas memiliki keterbatasannya masing-masing. Kesalahan pengukuran
merupakan rangkuman inkonsistensi peserta tes dalam unit-unit skala skor
sedangkan koefisien reliabilitas merupakan kuantifikasi reliabilitas dengan
merangkum konsistensi (atau inkonsistensi) diantara beberapa kesalahan
pengukuran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar