Salah
satu komponen penting dalam analisis path adalah diagram path. Diagram path
dibuat untuk mempresentasikan hubungan kausal antar variabel ke dalam bentuk
gambar sehingga semakin mudah terbaca (Dillon dan Goldstein, 1984). Notasi
anak panah Pada diagram jalur digunakan
dua macam anak panah, yaitu anak panah satu arah yang menyatakan pengaruh
langsung dari sebuah variabel eksogen variabel penyebab (X) terhadap sebuah
variabel endogen variabel akibat (Y), dan anak panah dua arah menunjukkan
hubungan korelasional antara variabel eksogen.
Menurut
Ferdinand (2006), ada tujuh langkah yang harus dilakukan untuk menyiapkan
analisis jalur, yaitu:
1.
Pengembangan Model Teoritis
Langkah
pertama dalam pengembangan model adalah pencarian atau pengembangan sebuah
model yang mempunyai justifikasi teoritis yang kuat. Model yang dirancang
merupakan model-model yang bisa dinyatakan ke dalam bentuk persamaan dan
mengandung hubungan kausal di dalamnya. Mengingat bahwa model hipotetik yang
dibangun bisa lebih dari satu terutama bila landasan konsepnya belum matang.
2.
Pengembangan Path Diagram atau diagram alur
Dalam
langkah kedua ini, model teoritis yang telah dibangun pada tahap pertama akan
digambarkan dalam sebuah path diagram, yang akan mempermudah untuk melihat
hubungan-hubungan kausalitas yang ingin diuji. Dalam diagram alur, hubungan
antar konstruk akan dinyatakan melalui anak panah. Anak panah yang lurus
menunjukkan sebuah hubungan kausal yang langsung antara satu konstrak dengan
konstrak lainya. Sedangkan garis-garis lengkung antar konstruk dengan anak
panah pada setiap ujungnya menunjukkan korelasi antar konstruk. Konstruk yang
dibangun dalam diagram alur dapat dibedakan dalam dua kelompok, yaitu:
•Exogenous
constructs atau konstruk eksogen Dikenal juga sebagai source variables atau
independent variables yang tidak diprediksi oleh variabel lain dalam model.
Konstruk eksogen adalah konstruk yang dituju oleh garis dengan satu ujung
panah.
•Endogenous
construct atau konstruk endogen Merupakan faktor-faktor yang diprediksi oleh
satu atau beberapa konstruk. Konstruk endogen dapat memprediksi satu atau
beberapa konstruk endogen lainnya, tetapi konstruk endogen hanya dapat
berhubungan kausal dengan konstruk endogen.
Setelah
model teoritis dibangun pada langkah pertama, maka langkah selanjutnya adalah
mengembangkan model tersebut dalam diagram path. Dengan diagram path tersebut
dapat dilihat hubungan-hubungan kausalitasyang ingin diuji. Konstruk yang
dibangun dalam diagram alur dapat dibedakan menjadi konstruk eksogen dan
konstruk endogen. Konstruk eksogen adalah yang tak dapat diprediksi oleh
variabel lain dalam model.
Sedangkan
konstruk endogen adalah faktor-faktor yang diprediksi oleh satuatau beberapa
konstruk-konstruk eksogen hanya dapat berhubungan kausal dengan kontruk
endogen. Setelah dituangkan dalam diagram path maka model dapat mulai
dikonversikan ke dalam persamaan struktural.
3.
Konversi diagram alur ke dalam persamaan struktural dan model pengukuran
Persamaan
yang didapat dari diagram alur yang dikonversi terdiri dari Structural Equation
atau persamaan struktural. Dirumuskan untuk menyatakan hubungan kausalitas
antar berbagai konstruk. Rumus yang dikembangkan adalah: Variabel endogen =
variabel eksogen + variabel endogen + error. Pemeriksaan asumsi model analisis
path
Asumsi-asumsi
yang harus dipenuhi pada pengujian model analisis path ini adalah sebagai
berikut
a.
Ukuran sampel
Menurut
Hair et al. (1998), ukuran sampel yang dibutuhkan untuk data multivariat adalah
antara 100-200 variabel.
b.
Normalitas data
Sebaran
data harus dianalisis untuk melihat asumsi normalitas dipenuhi sehingga data
dapat diolah lebih lanjut untuk pemodelan. Normalitas data dapat diuji dengan
melihat histrogam data atau uji-uji normalitas lainnya. Dalam penelitian ini
normalitas data dideteksi dengan membandingkan nilai critical ratio yang
diperoleh critical ratio sebesar + 2,58 yang didapat dari tabel distribusi
normal standar pada tingkat signifikansi 0,01 dengan sebesar + 2,58 yang
didapat dari tabel distribusi normal standar pada tingkat signifikansi 0,01.
c.
Tidak ada data outlier
Outlier
adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat
sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk
nilai ekstrim. Uji terhadap outlier dilakukan dengan menggunakan kriteria jarak
Mahalanobis pada tingkat 0,01. Jarak Mahalanobis tersebut dievaluasi dengan
menggunakan χ2 (q ; 0,01)
dengan q adalah derajat bebas sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam
penelitian (Hair et al., 1998). Penanganan outlier dapat dilakukan dengan
mengeluarkan observasi atau data outlier tersebut.
d.
Multikolinearitas variabel eksogen
Multikolenieritas
dapat dideteksi melalui diagram korelasi antar konstruk eksogen untuk mengecek
tinggi rendahnya korelasi. Jika korelasi antar variabel eksogennya tinggi maka
model perlu dipertimbangkan lagi. Dalam penelitian ini, multikolinearitas
dideteksi dengan melihat apakah nilai determinan matriks kovariansi sampel jauh
dari nilai nol atau tidak. Jika nilai determinan matriks kovariansi sampel jauh
dari nol dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas.
4.
Memilih matrik input dan estimasi model.
Pada
penelitian ini matrik inputnya adalah matrik kovarian atau matrik korelasi. Hal
ini dilakukan karena fokus SEM bukan pada data individual, tetapi pola hubungan
antar responden. Dalam hal ini ukuran sampel memegang peranan penting untuk
mengestimasi kesalahan sampling. Untuk itu ukuran sampling jangan terlalu besar
karena akan menjadi sangat sensitif sehiungga akan sulit mendapatkan ukuran
goodness of fit yang baik, setelah model dibuat dan input data dipilih, maka
dilakukan analisis model kausalitas dengan teknik estimasi yaitu teknik
estimasi model yang digunakan adalah Maximum Likehood Estimation Method. Teknik
ini dipilih karena ukuran sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kecil (100-200 responden).
5.
Menganalisa kemungkinan munculnya masalah identifikasi
Problem
identifikasi pada prinsipnya adalah problem mengenai ketidakmampuan model yang
dikembangkan menghasilkan estimasi yang unik. Bila setiap kali estimasi
dilakukan muncul problem identifikasi, maka sebaiknya model dipertimbangkan
ulang dengan mengembangkan lebih banyak konstruk. Disebutkan oleh Ferdinand
(2006), beberapa indikasi problem identifikasi:
a.
Standard error untuk satu atau beberapa koefisien adalah sangat besar.
b.
Program tidak mampu menghasilkan matrik informasi yang seharusnya disajikan.
c.
Munculnya angka-angka yang aneh seperti adanya varians error yang negatif.
d.
Munculnya korelasi yang sangat tinggi antar koefisien estimasi yang didapat
(misalnya lebih dari 0,9)
6.
Evaluasi kriteria goodness of fit
Pada
tahap ini dilakukan pengujian terhadap kesesuaian model terhadap berbagai
kriteria goodness of fit. Disebutkan oleh Ferdinand (2006), beberapa indeks
kesesuaian dan cut of value untuk menguji apakah sebuah model dapat diterima
atau ditolak.
7.
Interpretasi dan Modifikasi Model
Tahap
akhir ini adalah melakukan interpretasi dan modifikasi bagi model-model yang
tidak memenuhi syarat-syarat pengujian. Hair et. al. (dalam Ferdinand, 2006)
memberikan pedoman untuk mempertimbangkan perlu tidaknya modifikasi model
dengan melihat jumlah residual yang dihasilkan oleh model tersebut. Batas
keamanan untuk jumlah residual adalah 5%.
Bila
jumlah residual lebih besar dari 2% dari semua residual kovarians yang
dihasilkan oleh model, maka sebuah modifikasi perlu dipertimbangkan. Bila
ditemukan bahwa nilai residual yang dihasilkan model cukup besar (yaitu ≥2.58)
maka cara lain dalam memodifikasi adalah dengan mempertimbangkan untuk menambah
sebuah alur baru terhadap model yang diestimasi itu. Nilai residual value yang
lebih besar atau sama dengan ± 2.58 diinterpretasikan sebagai signifikan secara
statistik pada tingkat 5%.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar